Minggu, 26 Juni 2011

Ikhlas Itu .....???




Ikhlas itu…
Hmmm…banyak sekali orang yang menganalogikan ikhlas dengan berbagai macam hal. Saya pun juga sudah banyak menemukan analogi-analogi yang menggambarkan bentuk keikhlasan itu.
Namun analogi yang paling menarik dan paling mudah dimengerti adalah analogi ikhlas yang kurang lebih berbunyi sebagai berikut:

“Ikhlas itu seperti orang yang sedang membuang kotoran”
Hehehe…bercanda?? Tentu tidak, justru sebaliknya ini sangat serius.
Orang yang sedang membuang kotoran tidak pernah menghitung jumlah kotoran yang dia keluarkan, tidak pernah berusaha untuk menahan-nahan kotoran yang akan dikeluarkan itu, tiada penyesalan dan tidak pernah mengharapkan kotoran itu untuk diambil kembali, tidak pernah mengungkit-ungkit kembali tentang kotoran yang sudah dikeluarkan itu, dan tentu saja dia justru akan merasa lega setelah membuang kotoran tersebut bukan malah membuatnya tersiksa.

Rabu, 22 Juni 2011

Romansa Kelabu


aku tahu mencintaimu menyiksa diri
aku sadar merindukanmu mengiris hati
aku pun mengerti melupakanmu meluka jiwa
tapi aku yakin ada cinta yang tumbuh
diatas tandus padang hati,
meski kadang saling mengingkari
aku tak akan lagi mempertanyakan cintamu
biarlah kenangan berlabuh disamudra bisu
biarkan saja pintu hati mengatup bersama waktu
menggulung sepi
kuharus bisa merelakan keputusanmu
karena itu bahagiamu
gejolak hati kini tak lagi meletup untukmu
kerinduan memuncak dititik jauh
sempurnakan mimpimu
sebelum aku memulai  menata mimpi

Jumat, 17 Juni 2011

Kau Dengan Kekuranganmu



sekilas...
tak ada yang kurang darimu
semuanya tampak normal dan baik - baik saja...
kutatap tajam dan kuperhatikan
apa yang kurang darinya....
akupun tak percaya,
hingga, suatu waktu
ketika aku menghampirimu
yang kudengar hanya suara terbata - bata dan tak terdengar jelas
saat itu aku benar - benar yakin
ternyata kau hidup dengan ketidaksempurnaan.
aku termenung.....
sejenak berpikir untuk sekedar meyakinkan diriku
tentang sosok wanita didepanku ini
ya, wanita tuna rungu dan tuna wicara
aku hanya diam, mencoba memahami,
merangkai kata - kata yang terbata - bata dari mulutnya
tak banyak yang kumengerti..
hanya kucoba menebak maksud perkataannya
isyarat,.........
ya,....isyarat.. itulah yang kau gunakan
untuk menyampaikan maksudmu.
itu cara bahasamu, atas semua kekuranganmu
senyum,......
benar, bahwa dengan seulas senyum
itulah cara sederhanamu, bertegur sapa dengan orang lain.
sungguh..,
aku tidak tahu bagaimana rasanya
hidup dengan ketidaksempurnaan seperti dirimu
tentu aku tidak akan pernah sanggup
dan aku tidak akan pernah bisa setegar engkau
namun, yang kubaca dari rona wajahmu
tak ada sedikitpun garis sesal
tak ada sedikitpun kesedihan
tak ada rasa ragu sedikitpun
bahwa Tuhan Maha Adil
kau dengan segala kekuranganmu
terlihat begitu sempurna dimataku


*Kutulis dipenghujung waktu Maghrib
  sepi seorang diri


Rabu, 15 Juni 2011

Perhitungan Bodoh


DARI berita yang saya dapat, utang Indonesia kini mencapai Rp1.716 triliun. Begitu besarnya sampai-sampai orang akan berpikir dahulu untuk menuliskannya. Jumlah nolnya ada berapa, ya? Saya sendiri tidak berani membulatkan dengan mengatakan utang Indonesia 1.700 triliun agar lebih enak didengar. Satu triliun itu besar, Bung! Pernah melihat uang satu miliar? Jika satu miliar itu seribu juta, maka satu triliun ada satu juta juta.

Data terakhir jumlah penduduk Indonesia 237,6 Juta. Jika utang itu dibebankan pada tiap kepala, berarti jika ingin melunasi utang Indonesia satu orang harus membayar Rp7,222 juta. Jika diangsur selama lima tahun dan asumsi utang tidak bertambah berarti setiap tahun harus membayar 1,44 juta atau tiap harinya membayar Rp4.000.

Jika seandainya penduduk Indonesia berpenghasilan seperti Cristiano Ronaldo, manusia dengan gaji tertinggi di muka bumi yaitu Rp2,1 miliar per minggu atau Rp109,2 miliar per tahun, maka Indonesia hanya membutuhkan 3.145 orang seperti C Ronaldo untuk melunasi utang Indonesia selama lima tahun. Dengan catatan, utang Indonesia tidak bertambah dan uangnya tidak dikorupsi.

Tunggu dulu, sepertinya saya terlalu berkhayal tingkat tinggi..

Mana mungkin orang mau membayar Rp4.000 tiap hari untuk membayar utang negara? Apalagi jika satu keluarga terdiri dari empat warga (misalkan KB) berarti harus membayar Rp16 ribu per hari. Kalaupun mereka mau karena saking cintanya pada Indonesia, mereka belum tentu mampu. Jangankan untuk makan, satu hari mendapatkan uang Rp16 ribu saja susah.

Saya jadi punya ide, bagaimana jika tiap orang mengumpulkan uang seribu rupah saja per hari. Tidak apalah utangnya baru terlunasi selama 20 tahun. Setiap hari mengumpulkan seribu kemudian dikirim ke pusat untuk menyicil utang. Bukannya akan terkumpul Rp237,6 miliar per hari? Banyak banget tuh. Setiap hari selama 20 tahun terus begitu.

Namun saya yakin banyak yang akan ragu. Siapa yang bisa jamin jika uang Rp237,6 miliar bisa utuh. Proses penyaluran pasti akan ada reduksi, bahasa tekniknya: tidak ada yang efisiensinya 100 persen. Apalagi di Indonesia banyak tikus yang suka menggerogoti kantong yang berbau duit. Tikus yang susah diburu, kaburnya ke luar negeri.

Hmm... Bagaimana jika kita anggap negara ini sudah taubat, tidak ada lagi tikus brengsek. Uang itu sebesar itu yang digunakan untuk membayar utang Rp200 miliar saja. Sisanya untuk memberdayakan masyarakat. Bisa untuk membangun industri, mengembangkan peternakan, perkebunan, pertanian, pariwisata, iptek dan sebagainya. Pembangunan diprioritaskan untuk wilayah Indonesia yang kepadatannya masih kecil (selain Jawa & Sumatera). Tak apalah, molor jadi 26 tahun. Nanti kalau sudah lunas, kita sudah punya banyak fasilitas.

Wooi, bangun, woi!! Kamu mimpi ya?

Enggak, saya sedang menghitung-hitung utang Indonesia. Siapa tau ada yang terinspirasi. Kalau memang perhitungan saya banyak yang salah, saya mohon maaf. Karena manusia tempatnya salah dan lupa. Banyak faktor yang belum saya masukkan di sini. Bisa dikatakan yang saya lakukan adalah: PERHITUNGAN BODOH.

Bagaimana bisa negeri yang dikaruniai Tuhan dengan kekayaan alam yang melimpah tapi banyak orang miskin di mana-mana? Seperti tikus yang kelaparan di lumbung padi. Lalu siapa yang memakan padi? Mereka adalah tikus yang tidak punya lumbung padi tapi ingin makan padi.

Saya sepakat dengan kata-kata bang Haji Rhoma Irama: orang yang tidak punya utang, itulah orang yang kaya. Punya utang itu tidak nyaman. Tidak punya kemerdekaan. Mudah diintervensi. Seorang Syuhada (orang yang mati syahid & dijamin masuk surga) tertunda masuk surganya gara-gara masih punya utang yang belum dibayar.

Saya membayangkan Indonesia bisa terbebas dari lilitan utang. China sudah merasakannya, bahkan sekarang menjadi pemberi utang. Semoga saja, saya masih hidup dan bisa merasakan Indonesia tidak punya utang. Mari kita syukuri segala kenikmatan yang dikaruniakan kepada kita. Manfaatkan sebaik mungkin, semaksimal mungkin. Sesuatu yang sulit bukan berarti tidak mungkin.

Taken From :
Ridwan KharisMahasiswa Teknik Mesin
Universitas Gadjah Mada (UGM)(//rfa) 

Senin, 13 Juni 2011

Di Suatu Pagi



Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit, mengamuk, memecahkan cermin, membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.

Minggu, 05 Juni 2011

Tabir di balik Kesulitan


1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu ?





2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu ?



3. yang memberatkan punggungmu ?


4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.

5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.




8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.


( Qs. Alam Nasyrah 1-8 )



Memahami ayat diatas, Sesungguhnya, tak ada satu hal pun yang luput dari pengawasannya.....semuanya berjalan atas kuasanya. Kitapun memang dituntun sesuai alur yang sudah ditetapkan........ jalan alur yang tak selalu lurus, penuh dengan kelokan yang mengejutkan. Gunung dan jurang yang mengecilkan hati. Setiap kali kamu lewati kelokan yang berbahaya, puncak penderitaan yang menyakitkan hati . Atau tiba di dasar jurang yang berlimbah lelah......., 
namun seberapa kali kita terpuruk, seberapa kali kita terpeleset kedalam jurang yang amat dalam, berulangkali meniti kejemuan dititik kulminasi, betapa lelahnya langkah kaki untuk meniti kehidupan, kita tidak boleh berhenti..kita harus melakukan sebisa yang kita lakukan. kita harus tetap bergerak jika tidak mau tenggelam...karena sesungguhnya dibalik kesulitan itu pasti ada kemudahan, ada jalan, masih ada kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi...atau malah terabaikan begitu saja seiring berjalannya waktu. sesungguhnya jika kita menyakini satu hal bahwa jalan yang kita lalui itu sebenarnya untuk melengkapi alur cerita yang telah ditetapkannya.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...